"Biasanya teman-teman kalau mau terbang di situ, pasti memberitahu. Untuk sekadar 'kulo nuwun'. Ini gak ada pemberitahuan kok," jelasnya, saat dikonfirmasi detikJatim.
Adapun Ketua Pengprov Paralayang Jawa Timur, Arif Eko Wahyudi, mengatakan komunitas paralayang memahami jika di kawasan Bromo dengan suku Tenggernya memiliki lokasi-lokasi yang disakralkan.
"Kami paham dan menghormati, bahwa di situ (Bromo) memang ada kawasan-kawasan sakral. Tapi tidak semuanya. Hanya titik-titik tertentu saja. Buktinya kami beberapa kali mengadakan kegiatan," pungkas Arif.