Pengakuan Mayjen (purnawirawan) Kivlan Zen yang menyebut mengetahui keberadaan 13 orang yang hilang dalam huru-huru sosial politik di tahun 1998, menimbulkan keresahan bagi keluarga korban. Fitri Nganthi Wani, putri Wiji Thukul, menyebut Kivlan harus mempertanggungjawabkan pernyataannya.