Tahun 2025 menjadi tahun kelam bagi industri tekstil dalam negeri. Dari sisi produksi, angkanya kian tergerus akibat permintaan pasar yang menurun seiring dengan membludaknya pasokan impor. Indikator kekelaman tersebut dapat dilihat dari berbagai informasi yang menunjukkan jika gelombang PHK di sektor ini masih menduduki peringkat pertama di Indonesia.
Merangkum detikFinance, Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) memaparkan ada ratusan ribu buruh yang menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Berdasarkan data yang mereka miliki, jumlah PHK periode Januari-Oktober 2025 mencapai 47.115 pekerja. Kemudian secara akumulasi sejak tahun 2023 hingga Oktober 2025, jumlah PHK yang terdata mencapai 126.160 pekerja. Angka ini berasal dari 59 perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) dan 13 non perusahaan TPT.
Lalu seberapa besar pengaruh kebijakan ini dalam meningkatkan daya saing industri tekstil lokal? Apakah operasi pasar kepada barang-barang impor yang gencar dilakukan pemerintah memiliki ekses di masa depan? Simak diskusinya dalam Editorial Review.











































