Tubuhnya sudah tak lagi tegap dan tenaganya tak lagi kuat namun semangat Abah Taryo untuk berjuang hidup terasa begitu menyala. Tertatih-tatih dengan tubuh bungkuknya, Abah Taryo menjajakan cilok yang dia pikul dengan beban seberat 25 kg.
Di usia yang menginjak usia kepala 8, dia membawa 300 biji cilok dan menyusuri jalan yang licin dan berbatu. Itu semua demi mencari sesuap nasi tiap hari. Terkadang Abah Taryo berhenti karena kelelahan dan napasnya mulai tersengal-sengal.